Kesehatan, Keselamatan Kerja & Pencemaran Air

Pencemaran air dalam kesehatan dan keselamatan kerja


Pencemaran adalah kondisi dimana perubahan dari tatanan atau kompisisi air, udara, tanah oleh kegiatan manusia dan juga proses alam, sehingga kualitas akan menurun atau tidak dapat berfungsi sesuai dengan pembentukannya.
Pencemaran air, limbah dari hasil produksi industri sangat kotor dan terdapat partikel – partikel yang sifatnya beracun, air limbah ini membahayakan bagi manusia, hewan dan tumbuhan yang parahnya lagi limbah cari ini akan dibuang secara langsung yang tidak melalui proses netralisir ke saluran air dan laut.

Contoh limbah cair dari pabrik : kebocoran minyak, sisa pewarna pakaian, sisa pengawet cair, limbah tempe, kandungan besi pada air.


Standart mutu air yang harus terpenuhi
Warna, Bau dan Rasa Kadar tertentu dari kimia dapat menyebabkan bau tidak enak atau rasa air yang kurang sedap. Hal ini menyebabkan rasa ikan atau kerang menjadi kurang enak. Kekeruhan air dibatasi, tidak boleh mengeruhkan air sungai atau danau melebihi batas yang dapat menggangu kehidupan air  dan untuk minum.

PH Air :
Pada dasarnya, nilai pH menunjukkan apakah air memiliki kandungan padatan rendah atau tinggi. Ph dari air murni adalah 7. Secara umum, air dengan nilai pH lebih rendah dari 7 dianggap asam dan nilai pH lebih dari 7 dianggap basa. Nilai pH normal untuk air permukaan biasanya antara 6,5 s/d 8,5 dan air tanah dari 6 s/d 8,5.

Pengolahan air limbah :
Menetralisir air dengan kapur atau Na OH. Air yang sudah netral baru di alirkan ke sungai dan endapan yang terkumpul di buang

Menghilangkan minyak dengan cara memasukkan ke dalam bak – bak, kemudian menyapu permukaan yang terdapat minyak diatas. Setelah partikel partikel (butir – butir) terak turun, air dipergunakan lagi sebagai pendingin.  


1.     Pengolahan Primer
adalah pengolahan secara fisika untuk memisahkan dengan padatan dari air limbah yang  meliputi proses

1.a Penyaringan (Screening)                                                                                      
Proses mengalirkan limbah melalui jeruji untuk menyaring dan menyisihkan bahan padat dari air limbah

1.b Pengolahan Awal

Proses menyalurkan ke bak/ tangki untuk memisahkan pasir, partikel dan minyak padat yang teru teruspensi. Tahap ini meliputi screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.   
    



1.c Pengendapan
Limbah cair akan dialirkan ke tangki atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode dengan memanfaatkan gaya gravitasi, di    tangki pengendapan limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki.

Adapun fungsi dari pengendapan :
a.  Endapan tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut.
b.  Endapan dapat digunakan untuk menutup tanah pertanian/ keperluan lain.
c.   Mempermudah proses penanganan lumpur



2.     Pengolahan Sekunder           
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob, pengolahan tahap ini ialah stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter dengan tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif (activated sludge), dan metode kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons) .




2.a Metode Trickling Filter
Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa serpihan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan  ± 1 – 3 m. limbah cair kemudian disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan.
Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan.





2.b Metode Activated Sludge
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih dperlukan.

2.c Metode Treatment ponds/ Lagoons
Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh bakteri aero untuk proses penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut. 

2.d Pengolahan Tersier
Pengolahan tersier dilakukan apabila pengolahan primer dan sekunder masih terdapat zat dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair / air limbah dengan proses secara kimiawi. Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam- garaman. Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir, saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik ataupun coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane separation, serta thickening gravity or flotation Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.   


   
5.  Desifeksi
Desinfeksi adalah proses pembunuhan kuman atau mikroorganise (pantongen) dalam limbah cair. Mekanisme dengan secara kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu atau dengan perlakuan fisik. Untuk menentukan senyawa  membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

·      Daya racun zat
·      Waktu kontak yang diperlukan
·      Efektivitas zat
·      Kadar dosis yang digunakan
·      Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan
·      Tahan terhadap air

Desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз). Proses desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah dibuang ke lingkungan.


6.   Pengolahan Lumpur
Pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier, menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara langsung, melainkan perlu diolah lebih lanjut, endapan lumpur hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob (anaerob digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (incinerated).       

Sumber Refrensi :

http://ans-olahlimbah.blogspot.co.id/2013/02/penangan-limbah-cair.html



Tinggalkan Pendapat anda (saran & kritik) karena dapat membantu bagi pembaca lainnya.

Plasti Gage

Plasti Gage


Plastic gauge biasanya digunakan untuk mengukur celah minyak (oil clearance) seperti pada mesin antara jurnal poros engkol, pin, bantalan, poros bearing, rumah bearing turbin, sistem pompa tekanan dan lain-lain. Bentuknya seperti benang, dibuat dari plastik yang ketebalannya merata, dan dibungkus dalam amplop dengan dimensi dan karakteristik deformasi yang tepat.

                                                       Gambar Plastigage


Plastigage mempunyai ukuran yang bermacam – macam.
Warna hijau mempunyai range    :           0,025 – 0,076 mm
Warna biru mempunyai range      :           0,102 – 0,229 mm
Warna merah mempunyai range :           0,051 – 0,152 mm

Metode Pengukuran

Dengan menjepitkan diantara permukaan bantal bersih pada poros dan tutup itu sendiri. Plastic gauge diratakan setelah bantalan dikencangkan. Clearance dimensi ditentukan dengan membandingkan jumlah bahan pengukur yang telah rata. Penunjukan huruf menggambarkan rentang pengukuran yang digunakan untuk setiap ukuran.

Berikut ini adalah cara memeriksa celah oli antara crankshaft pin dan bantalan torak.

       1.    Bersihkan crankshaft pin dan bantalan.  
       2.    Ambillah plastigage dari dalam amplopnya sesuai dengan lebar bantalannya.
       3. Letakkan plastigage dari dalam pembungkus pada crankshaft pini seperti gambar dibawah ini.




4. Pasanglah tutup bantalan (bearing cap) pada crankshaft pin dan keraskan mur-murnya sesuai dengan momen spesifikasinya. Ingat jangan memutar crankshaftnya.


5. Lepaskan tutup bantalan (bearing cap) dan ukur lah lebar plastigage dengan menggunakan skala yang terdapat pada amplopnya. Bila lebarnya tidak merata, ukurlah pada bagian yang paling lebar.




Feeler Gauge (Thickness Gauge)

 

Feeler Gauge (Thickness Gauge)

Feeler Gauge juga dikenal dengan nama thickness Gauge dan digunakan untuk mengukur celah antara dua bagian komponen yang bersinggungan, karena jarak antara kedua permukaan sangat sempit maka dibutuhkan alat ukur yang tak bersakala.
Thickness gauge ini terdiri dari lembaran baja tipis yang memiliki presisi sampai 1/100 mm (0,01 mm). Pada umumnya ketebalannya antara 0,03 mm sampai 1,00 mm. Nilai ketebalannya tercantum pada setiap belahnya (lembarnya).




Ada pula dengan satuan ukuran inch.

1)  Penting Ingatlah

·   Bershikan feeler dari komponen yang akan diukur sebelum melakukan pengukuran. Adanya kotoran, oli dan lain–lain akan menyebabkan hasil pengukuran yang salah/ berlebihan.
·  Bila satu bilah feeler masih belum cukup untuk pengukuran, gabunglah dua atau beberapa bilah sesuai kebutuhan. Tetapi usahakan jumlahnya sedikit mungkin.
· Sisipkan thickness gauge pada celah komponen dengan hati-hati. Jangan membengkokkan atau merusak gauge. Bila rusak feeler gauge dibuang.

2)  Cara Pengukuran

Sisipkan gauge diantara komponen yang diukur. Bila feeler gauge mudah masuk dan keluar, pakailah gauge yang lebih tebal hingga anda merasakan hambatan saat ditarik keluar. Untuk nilai dari ukuran di dapat dari hasil pengukuran dengan feeler gauge dapat masuk secara presisi.


Informasi
Metode ini bisa membantu anda belajar merasakan gesekan dalam mengukur celah secara benar.

1.  Micrometer diset sesuai dengan ketebalan feeler.


2.  Tempatkan thickness gauge diantara anvil dan spindle micrometer.
3.  Tariklah gauge dan belajarlah untuk merasakan pada waktu menarik gauge.